Lompat ke isi utama

Berita

Tiga Desa Pelopor Anti Politik Uang di Kabupaten Klaten - Bawaslu Kab Klaten

Tiga Desa Pelopor Anti Politik Uang di Kabupaten Klaten - Bawaslu Kab Klaten

Bawaslu Kabupaten Klaten Launching Tiga Desa Anti Politik Uang, Jumat 8 November 2019

Bawaslu Kabupaten Klaten meresmikan tiga Desa Anti Politik Uang di Kantor Kepala Desa Jemawan Kecamatan Jatinom Jumat malam (6/11) yang lalu. Tiga Desa yang terpilih menjadi Desa Pelopor Anti Politik Uang yaitu Desa Gesikan Kec. Gantiwarno, Desa Kebondalem Lor Kec. Prambanan dan Desa Jemawan Kec. Jatinom. Setelah melakukan serangkaian kegiatan sosialisasi Pembentukan Desa Anti Politik Uang kepada masyarakat di tiga desa tersebut, Bawaslu Kabupaten Klaten bersama pemerintah Desa berhasil membuat komitmen yang tertuang dalam Pakta Integritas Desa Anti Politik Uang. Naskah Pakta Integritas Desa Anti Politik uang kemudian dibacakan secara langsung oleh Kepala Desa, dengan diikuti secara serentak oleh anggota BPD dan seluruh element masyarakat yang hadir. Selesai pembacaan, Naskah Pakta Integritas Desa Anti Politik Uang ditandatangani oleh Kepala Desa, Ketua BPD dan Ketua Bawaslu Kabupaten Klaten.

Keberadaan Desa Anti Politik Uang diharapkan mampu menjadi langkah awal pencegahan pelanggaran dalam sebuah hajatan demokrasi, dimana warga masyarakat dituntut berperan secara aktif untuk menolak segala praktek politik uang. Selain itu masyarakat juga didorong untuk turut serta mengawasi , mengawal dan ikut mensosialisasikan gerakan sadar pemilu dengan mengajak warga lain terutama Keluarga, untuk menolak politik uang dan melaporkan segala jenis pelanggaran pemilu.

Dalam sambutannya, ketua Bawaslu Kabupaten Klaten, Arif Fatkhurrohman, SIP, menyampaikan; “ Desa Anti Politik Uang adalah Desa sadar pemilu atau melek terhadap pelanggaran Pemilu. Harapannya kedepan, masyarakat bisa menolak dengan tegas segala bentuk praktek politik uang. Masyarakat harus lebih cerdas dalam menentukan pilihan politiknya dengan memilih pemimpin atau wakil rakyat berdasarkan Visi Misi, bukan dengan slogan Wani Piro?( Berani Berapa ), tetapi iso opo? ( Bisa Berbuat Apa ) ”.